Panduan Lengkap + Contoh Surat Pengajuan Cuti Kerja yang Gampang Dibuat!

Daftar Isi

Mengajukan cuti adalah hak setiap karyawan, tapi prosesnya nggak bisa sembarangan. Salah satu kunci agar pengajuan cuti kamu disetujui dengan lancar adalah dengan surat pengajuan cuti yang baik dan benar. Ini bukan cuma soal formalitas lho, surat ini jadi bukti tertulis pengajuanmu dan membantu perusahaan mengatur operasional selama kamu nggak di tempat.

Surat pengajuan cuti menunjukkan bahwa kamu menghargai prosedur perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaanmu. Dengan surat yang jelas, atasan atau bagian HRD bisa dengan mudah memahami permintaan cutimu, memastikan jatah cutimu masih tersedia, dan mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan. Makanya, bikin surat cuti nggak boleh asal-asalan ya!

Mengapa Surat Cuti Itu Penting?

Surat pengajuan cuti kerja itu fundamental banget dalam dunia profesional. Fungsinya bukan cuma sekadar request izin nggak masuk kerja, tapi juga sebagai dokumen resmi yang mencatat bahwa kamu memang mengajukan cuti sesuai prosedur. Ini melindungi hak kamu sebagai karyawan sekaligus membantu perusahaan punya catatan administrasi yang rapi.

Dengan adanya surat cuti, perusahaan bisa mengelola jadwal kerja tim, memastikan ada back-up atau delegasi tugas, dan menghindari miskomunikasi. Bayangin kalau semua karyawan tiba-tiba nggak masuk tanpa pemberitahuan resmi, pasti operasional kantor jadi berantakan, kan? Makanya, surat cuti itu win-win solution buat karyawan dan perusahaan.

Pentingnya Surat Cuti Kerja
Image just for illustration

Surat ini juga jadi bukti kalau jatah cuti tahunanmu terpakai, sehingga kamu bisa memantau sisa cutimu. Beberapa jenis cuti khusus seperti cuti sakit atau cuti melahirkan bahkan memerlukan surat pengajuan sebagai syarat utama, kadang plus lampiran dokumen pendukung seperti surat dokter. Jadi, jangan pernah sepelekan kekuatan selembar surat pengajuan cuti ya!

Struktur Surat Cuti yang Ideal

Surat pengajuan cuti yang baik punya struktur standar yang umum dipakai di banyak perusahaan. Dengan mengikuti struktur ini, suratmu bakal terlihat profesional, rapi, dan informasinya mudah dipahami sama atasan atau bagian HRD. Ini dia bagian-bagian penting yang wajib ada:

Pertama, ada bagian kepala surat yang biasanya berisi tanggal pembuatan surat, kepada siapa surat ditujukan (misal: Yth. Bapak/Ibu Manajer HRD atau Yth. Bapak/Ibu Pimpinan [Nama Departemen]), dan perihal surat (contoh: Permohonan Izin Cuti Tahunan). Bagian ini penting untuk kejelasan administrasi.

Selanjutnya, masuk ke bagian isi surat. Di sini kamu sebutkan identitas lengkapmu (nama, posisi/jabatan, nomor ID karyawan jika ada). Lalu, jelaskan dengan jelas jenis cuti yang kamu ambil (cuti tahunan, cuti sakit, dll), kapan tanggal mulai cuti sampai tanggal kembali masuk kerja, serta alasan singkat mengapa kamu mengambil cuti tersebut. Jangan lupa sebutkan juga rencana penyerahan tugas atau siapa yang bisa dihubungi selama kamu cuti jika memang relevan.

Terakhir, ada bagian penutup. Biasanya diawali dengan ucapan terima kasih atas perhatian dan persetujuan dari pihak terkait, diikuti dengan harapan agar permohonan cuti bisa disetujui. Tutup dengan salam penutup (Hormat saya/Hormat kami), nama terang, dan tanda tangan kamu. Struktur ini memastikan semua informasi penting tersampaikan secara lengkap dan terorganisir.

Beragam Jenis Cuti yang Umum Dikenal

Di Indonesia, karyawan punya hak atas beberapa jenis cuti yang diatur undang-undang maupun kebijakan internal perusahaan. Setiap jenis cuti ini punya peruntukan dan kadang syarat yang berbeda, lho. Mengetahui jenis-jenis cuti ini penting agar kamu bisa mengajukan cuti dengan alasan yang tepat dalam suratmu.

Jenis cuti yang paling umum adalah cuti tahunan. Ini hak karyawan setelah bekerja selama jangka waktu tertentu, biasanya 12 hari kerja setelah setahun bekerja. Cuti tahunan ini biasanya bisa diambil untuk liburan, istirahat, atau keperluan pribadi apa pun yang tidak mendesak.

Ada juga cuti sakit. Jika kamu sakit dan tidak bisa masuk kerja, kamu berhak atas cuti sakit. Biasanya untuk sakit lebih dari sehari atau dua hari, perusahaan akan meminta surat keterangan dokter sebagai bukti. Cuti sakit ini nggak memotong jatah cuti tahunanmu.

Selain itu, ada cuti karena alasan penting yang mencakup berbagai keperluan mendesak seperti menikah, menikahkan anak, mengkhitankan/membaptis anak, istri melahirkan/keguguran, atau ada anggota keluarga inti (suami/istri, orang tua/mertua, anak/menantu) meninggal dunia. Durasi cuti ini biasanya terbatas dan sudah diatur dalam peraturan perusahaan atau undang-undang. Ada juga cuti melahirkan bagi karyawan perempuan yang diatur khusus, biasanya selama 3 bulan. Beberapa perusahaan mungkin punya cuti besar untuk karyawan yang sudah mengabdi lama.

Langkah Mudah Menyusun Surat Pengajuan Cuti

Menyusun surat pengajuan cuti itu sebenarnya nggak susah kok, asalkan kamu tahu poin-poin kuncinya. Langkah pertama, pastiin dulu kamu punya jatah cuti yang cukup untuk durasi yang kamu inginkan. Cek sisa cutimu ke bagian HRD atau sistem internal perusahaan.

Kedua, tentukan tanggal pasti kapan kamu mau mulai cuti sampai kapan kamu akan kembali masuk kerja. Usahakan tanggal ini sudah final agar tidak perlu merevisi surat lagi. Pertimbangkan juga kondisi tim dan deadline pekerjaanmu ya, jangan sampai cutimu malah menghambat pekerjaan orang lain.

Ketiga, siapkan alasan cutimu. Untuk cuti tahunan, alasannya bisa umum seperti ‘keperluan pribadi’ atau ‘liburan’. Untuk cuti jenis lain seperti sakit atau alasan penting, sebutkan alasannya dengan spesifik tapi tetap profesional.

Keempat, buat draf suratmu mengikuti struktur yang sudah dijelaskan sebelumnya. Gunakan bahasa yang formal, sopan, dan jelas. Hindari bahasa gaul atau singkatan yang tidak profesional.

Kelima, tentukan kepada siapa surat itu ditujukan. Biasanya ke atasan langsungmu (Manajer Departemen) atau ke bagian HRD, tergantung kebijakan perusahaan. Pastikan nama dan jabatan orang yang dituju sudah benar.

Terakhir, kirimkan surat pengajuan cuti jauh-jauh hari sebelum tanggal cuti yang kamu inginkan. Ini memberikan waktu yang cukup bagi perusahaan untuk memproses permohonanmu dan membuat pengaturan yang diperlukan. Jangan mendadak ya, kecuali dalam kondisi darurat atau sakit.

Kumpulan Contoh Surat Pengajuan Cuti Kerja

Berikut ini adalah beberapa contoh surat pengajuan cuti kerja untuk berbagai skenario umum. Kamu bisa menjadikannya referensi dan menyesuaikannya dengan kebutuhan serta kebijakan di kantormu. Ingat, ini hanya contoh, jadi sesuaikan detailnya ya!

Contoh 1: Cuti Tahunan

Ini adalah jenis cuti yang paling sering diajukan. Biasanya alasannya fleksibel, tapi tetap perlu diajukan secara resmi. Contoh ini cocok buat kamu yang mau ambil jatah cuti tahunanmu untuk liburan atau keperluan pribadi yang nggak mendesak.

  • Skenario: Kamu ingin mengajukan cuti tahunan selama 5 hari kerja untuk berlibur.

Perihal: Permohonan Izin Cuti Tahunan

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Manajer HRD
[Nama Perusahaan]
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : [Nama Lengkap Anda]
Jabatan : [Jabatan Anda]
Departemen : [Nama Departemen Anda]
Nomor Karyawan : [Nomor ID Karyawan, jika ada]

Dengan surat ini, saya bermaksud mengajukan permohonan izin cuti tahunan selama 5 (lima) hari kerja. Rencananya, saya akan mulai cuti pada tanggal [Tanggal Mulai Cuti] dan akan kembali masuk bekerja pada tanggal [Tanggal Masuk Kerja Kembali].

Cuti ini saya ajukan untuk keperluan pribadi/liburan keluarga. Sebelum meninggalkan tugas, saya telah menyelesaikan pekerjaan yang urgent dan berkoordinasi dengan rekan satu tim terkait tugas-tugas selama saya cuti. Untuk hal-hal yang mendesak, rekan kerja saya [Nama Rekan Kerja] siap membantu atau dapat menghubungi saya melalui telepon jika memang sangat diperlukan.

Demikian surat permohonan cuti ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Tanda Tangan)

[Nama Lengkap Anda]

Contoh 2: Cuti Sakit

Saat sakit dan tidak bisa masuk kerja, kamu perlu mengajukan cuti sakit. Tergantung durasi sakitnya dan kebijakan perusahaan, kadang diperlukan lampiran surat keterangan dokter. Berikut adalah dua variasi contoh: dengan surat dokter dan tanpa surat dokter (biasanya untuk sakit ringan 1-2 hari).

  • Skenario A: Kamu sakit dan butuh cuti 3 hari, sudah periksa dokter dan dapat surat keterangan.

Perihal: Permohonan Izin Cuti Sakit (dengan Surat Dokter)

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Manajer [Nama Departemen atau HRD]
[Nama Perusahaan]
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : [Nama Lengkap Anda]
Jabatan : [Jabatan Anda]
Departemen : [Nama Departemen Anda]
Nomor Karyawan : [Nomor ID Karyawan, jika ada]

Bersama surat ini, saya memberitahukan bahwa saya tidak dapat masuk kerja dikarenakan kondisi kesehatan yang kurang baik. Berdasarkan pemeriksaan dokter, saya disarankan untuk beristirahat selama beberapa hari.

Oleh karena itu, saya mengajukan permohonan izin cuti sakit terhitung mulai tanggal [Tanggal Mulai Cuti] sampai dengan tanggal [Tanggal Akhir Cuti]. Saya akan kembali masuk kerja pada tanggal [Tanggal Masuk Kerja Kembali]. Sebagai bukti, saya lampirkan surat keterangan dokter terlampir.

Seluruh tugas dan tanggung jawab saya selama masa cuti telah saya serahkan atau koordinasikan dengan rekan kerja, [Nama Rekan Kerja]. Mohon Bapak/Ibu dapat memaklumi kondisi saya ini.

Atas perhatian dan pengertian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Tanda Tangan)

[Nama Lengkap Anda]
Lampiran: 1 (satu) lembar Surat Keterangan Dokter

  • Skenario B: Kamu merasa tidak enak badan atau sakit ringan dan butuh izin 1 hari tanpa surat dokter.

Perihal: Permohonan Izin Tidak Masuk Kerja (Sakit)

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Manajer [Nama Departemen atau Atasan Langsung]
[Nama Perusahaan]
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : [Nama Lengkap Anda]
Jabatan : [Jabatan Anda]
Departemen : [Nama Departemen Anda]
Nomor Karyawan : [Nomor ID Karyawan, jika ada]

Melalui surat ini, saya memberitahukan bahwa hari ini, tanggal [Tanggal Hari Ini], saya tidak dapat masuk kerja dikarenakan sakit [sebutkan gejala singkat jika nyaman, misal: demam dan flu]. Saya memerlukan waktu untuk beristirahat dan memulihkan kondisi.

Saya akan berusaha untuk tetap memantau email atau pesan penting jika kondisi memungkinkan, atau telah meminta bantuan rekan kerja [Nama Rekan Kerja] untuk menangani tugas mendesak. Saya berharap dapat kembali masuk kerja besok, tanggal [Tanggal Besok].

Mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan izin untuk tidak masuk kerja pada hari ini. Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Tanda Tangan)

[Nama Lengkap Anda]

Contoh 3: Cuti Karena Alasan Penting (Menikah)

Undang-undang dan peraturan perusahaan biasanya memberikan hak cuti bagi karyawan yang menikah. Durasi cutinya bisa bervariasi, tapi umumnya 2-3 hari kerja. Pengajuannya tetap perlu formal.

  • Skenario: Kamu akan melangsungkan pernikahan dan butuh cuti beberapa hari.

Perihal: Permohonan Izin Cuti Menikah

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Manajer HRD
[Nama Perusahaan]
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : [Nama Lengkap Anda]
Jabatan : [Jabatan Anda]
Departemen : [Nama Departemen Anda]
Nomor Karyawan : [Nomor ID Karyawan, jika ada]

Dengan ini, saya memberitahukan bahwa saya akan melangsungkan acara pernikahan. Sehubungan dengan acara penting tersebut, saya bermaksud mengajukan permohonan izin cuti selama [Jumlah Hari] hari kerja, terhitung mulai tanggal [Tanggal Mulai Cuti] sampai dengan tanggal [Tanggal Akhir Cuti]. Saya akan kembali masuk bekerja pada tanggal [Tanggal Masuk Kerja Kembali].

Seluruh tugas dan tanggung jawab pekerjaan saya selama cuti telah saya persiapkan dan serahkan kepada rekan kerja [Nama Rekan Kerja] agar pekerjaan tetap berjalan lancar.

Demikian surat permohonan cuti menikah ini saya sampaikan. Besar harapan saya permohonan ini dapat disetujui. Atas perhatian dan pengertian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Tanda Tangan)

[Nama Lengkap Anda]

Contoh 4: Cuti Karena Alasan Penting (Kematian Anggota Keluarga)

Ini adalah situasi darurat yang memerlukan cuti mendadak. Meskipun mendesak, sebisa mungkin tetap ajukan permohonan resmi sesegera mungkin, baik lewat surat fisik, email, atau bahkan pesan singkat yang disusul surat formal.

  • Skenario: Ada anggota keluarga inti meninggal dunia dan kamu butuh cuti untuk mengurus pemakaman atau takziah.

Perihal: Permohonan Izin Cuti Karena Alasan Penting (Musibah Keluarga)

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Manajer [Nama Departemen atau HRD]
[Nama Perusahaan]
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : [Nama Lengkap Anda]
Jabatan : [Jabatan Anda]
Departemen : [Nama Departemen Anda]
Nomor Karyawan : [Nomor ID Karyawan, jika ada]

Dengan berat hati saya memberitahukan bahwa [Nama Anggota Keluarga, misal: Ayah/Ibu/Suami/Istri] saya telah meninggal dunia pada tanggal [Tanggal Meninggal]. Sehubungan dengan musibah ini, saya bermaksud mengajukan permohonan izin cuti terhitung mulai tanggal [Tanggal Mulai Cuti] sampai dengan tanggal [Tanggal Akhir Cuti] untuk mengurus proses pemakaman dan mendampingi keluarga. Saya akan kembali masuk bekerja pada tanggal [Tanggal Masuk Kerja Kembali].

Saya telah berkoordinasi dengan rekan kerja, [Nama Rekan Kerja], untuk backup tugas-tugas mendesak selama saya tidak masuk.

Mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan izin atas permohonan cuti ini. Atas perhatian dan pengertian Bapak/Ibu di masa sulit ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Tanda Tangan)

[Nama Lengkap Anda]

Contoh 5: Cuti Melahirkan/Keguguran

Cuti ini khusus bagi karyawan perempuan yang akan melahirkan atau mengalami keguguran. Jangka waktunya biasanya lebih panjang dan sudah diatur jelas dalam undang-undang.

  • Skenario: Kamu akan mengajukan cuti melahirkan.

Perihal: Permohonan Izin Cuti Melahirkan

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Manajer HRD
[Nama Perusahaan]
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : [Nama Lengkap Anda]
Jabatan : [Jabatan Anda]
Departemen : [Nama Departemen Anda]
Nomor Karyawan : [Nomor ID Karyawan, jika ada]

Dengan ini, saya memberitahukan bahwa sesuai perkiraan dokter, saya akan melahirkan sekitar tanggal [Perkiraan Tanggal Melahirkan]. Sehubungan dengan hal tersebut, saya bermaksud mengajukan permohonan izin cuti melahirkan sesuai hak yang diberikan perusahaan dan undang-undang yang berlaku.

Saya mengajukan cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan, terhitung mulai tanggal [Tanggal Mulai Cuti Melahirkan] sampai dengan tanggal [Tanggal Akhir Cuti Melahirkan]. Saya akan kembali masuk bekerja pada tanggal [Tanggal Masuk Kerja Kembali].

Mengenai penyerahan tugas dan tanggung jawab pekerjaan selama saya cuti, saya telah berkoordinasi dan mendiskusikannya dengan atasan langsung saya, [Nama Atasan Langsung], dan rekan kerja yang akan me-cover tugas saya, [Nama Rekan Kerja].

Mohon kiranya permohonan cuti melahirkan ini dapat disetujui. Atas perhatian dan dukungan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Tanda Tangan)

[Nama Lengkap Anda]
Lampiran: Surat Keterangan Dokter Kandungan (jika dipersyaratkan)

Contoh 6: Cuti Khusus/Panjang (Misalnya untuk Keperluan di Luar Kota)

Kadang ada keperluan mendesak di luar kota atau urusan khusus yang tidak masuk dalam kategori cuti tahunan tapi butuh waktu lumayan lama. Kamu bisa mengajukan cuti khusus dengan menjelaskan alasannya secara ringkas dan jelas.

  • Skenario: Ada urusan keluarga di luar kota yang mendesak dan butuh cuti beberapa hari.

Perihal: Permohonan Izin Cuti Karena Keperluan Mendesak

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Manajer [Nama Departemen atau HRD]
[Nama Perusahaan]
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : [Nama Lengkap Anda]
Jabatan : [Jabatan Anda]
Departemen : [Nama Departemen Anda]
Nomor Karyawan : [Nomor ID Karyawan, jika ada]

Melalui surat ini, saya bermaksud mengajukan permohonan izin cuti selama [Jumlah Hari] hari kerja, terhitung mulai tanggal [Tanggal Mulai Cuti] sampai dengan tanggal [Tanggal Akhir Cuti]. Saya akan kembali masuk bekerja pada tanggal [Tanggal Masuk Kerja Kembali].

Cuti ini saya ajukan karena ada [sebutkan alasan singkat dan jelas, misal: keperluan keluarga mendesak di luar kota yang tidak bisa diwakilkan] yang memerlukan kehadiran saya secara langsung.

Untuk memastikan kelancaran pekerjaan selama saya cuti, saya telah menyelesaikan tugas-tugas prioritas dan berkoordinasi dengan rekan kerja, [Nama Rekan Kerja], mengenai penyerahan tugas yang perlu dilanjutkan.

Mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan izin atas permohonan cuti ini. Atas perhatian dan kebijaksanaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Tanda Tangan)

[Nama Lengkap Anda]

Tips Agar Pengajuan Cuti Lancar

Setelah menyusun suratnya, ada beberapa tips tambahan agar proses pengajuan cutimu berjalan mulus dan peluang disetujui makin besar. Pertama dan paling penting adalah komunikasi. Beritahu atasan langsung dan tim kamu secara lisan atau lewat pesan singkat mengenai rencana cutimu sebelum mengajukan surat resminya. Ini menunjukkan etika baik dan memberikan mereka waktu untuk bersiap.

Kedua, pastikan semua pekerjaanmu beres atau ada yang cover. Jangan sampai saat kamu cuti, pekerjaanmu malah jadi beban buat rekan kerja lain atau menghambat proyek tim. Buat daftar tugas, serahkan tanggung jawab, atau selesaikan pekerjaan urgent sebelum cuti.

Ketiga, cek kembali kebijakan cuti di perusahaanmu. Setiap perusahaan mungkin punya prosedur atau format surat yang sedikit berbeda. Pastikan kamu mengikuti aturan internal yang berlaku.

Keempat, ajukan surat cuti jauh-jauh hari jika cuti tersebut terencana, seperti cuti tahunan atau cuti melahirkan. Pengajuan mendadak hanya disarankan untuk kondisi darurat seperti sakit atau musibah.

Terakhir, gunakan bahasa yang sopan dan profesional dalam surat maupun komunikasi terkait cuti. Tunjukkan rasa hormatmu kepada atasan dan perusahaan.

Hindari Kesalahan Ini Saat Mengajukan Cuti

Agar pengajuan cutimu nggak jadi masalah, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari. Pertama, jangan mengajukan cuti terlalu mendadak tanpa alasan yang benar-benar darurat. Ini bisa dianggap tidak profesional dan menyulitkan tim.

Kedua, jangan gunakan alasan cuti yang dibuat-buat atau bohong. Kejujuran itu penting. Kalau kamu butuh cuti tahunan, sebutkan saja cuti tahunan.

Ketiga, jangan lupakan handover atau penyerahan tugas. Meninggalkan pekerjaan begitu saja tanpa kejelasan akan membuat rekan kerja kesusahan dan bisa merusak reputasi profesionalmu.

Keempat, jangan sampai tidak tahu prosedur pengajuan cuti di perusahaanmu. Tanya ke HRD atau rekan kerja yang lebih senior jika kamu tidak yakin.

Kelima, hindari menggunakan bahasa atau nada yang kurang sopan saat berkomunikasi mengenai cuti, baik lisan maupun tulisan.

Hak Cuti Karyawan Menurut Undang-Undang

Sebagai karyawan di Indonesia, kamu dilindungi oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan terkait hak cuti. UU No. 13 Tahun 2003 (yang beberapa pasalnya diperbarui di UU Cipta Kerja) mengatur minimal hak-hak karyawan, termasuk soal cuti.

Salah satu hak paling dasar adalah cuti tahunan minimal 12 hari kerja setelah karyawan bekerja selama 12 bulan berturut-turut. Perusahaan tidak boleh menghilangkan hak cuti ini, meskipun pengaturannya bisa disesuaikan dengan perjanjian kerja atau peraturan perusahaan.

Ada juga hak cuti sakit. Karyawan yang sakit berhak atas cuti dan tetap dibayar, meskipun ada aturan persentase upah yang dibayarkan untuk sakit dalam jangka waktu lama. Untuk sakit lebih dari sehari, biasanya perusahaan berhak meminta surat keterangan dokter.

Selain itu, undang-undang juga mengatur hak cuti karena alasan penting seperti menikah (biasanya 2 hari), menikahkan/mengkhitankan/membaptis anak (masing-masing 2 hari), istri melahirkan/keguguran (2 hari), dan ada anggota keluarga dalam satu rumah meninggal (2 hari) atau anggota keluarga inti meninggal (2-3 hari tergantung peraturan perusahaan). Cuti melahirkan bagi pekerja perempuan adalah 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan sesudah melahirkan, total 3 bulan.
Hak Cuti Karyawan Indonesia
Image just for illustration

Mengetahui hak-hak cutimu ini penting agar kamu bisa mengajukan cuti dengan percaya diri dan tahu apa yang menjadi hakmu. Namun, tetap penting untuk selalu merujuk pada peraturan perusahaanmu karena kadang ada kebijakan yang lebih baik atau detail pelaksanaannya berbeda.

Mengajukan Cuti Lewat Email: Tetap Formal Ya!

Di era digital seperti sekarang, banyak perusahaan yang memperbolehkan atau bahkan mengharuskan pengajuan cuti via email atau sistem HR online. Meskipun medianya berbeda dari surat fisik, prinsip formalitas dan kelengkapan informasi tetap sama pentingnya.

Kalau kamu mengajukan cuti via email, pastikan subjek emailnya jelas, misalnya “Pengajuan Cuti Tahunan - [Nama Lengkap Anda]”. Badan email sebaiknya berisi semua informasi yang ada di surat fisik: identitas kamu, jenis cuti, tanggal mulai dan akhir cuti, alasan, serta rencana serah terima tugas.

Kamu bisa menuliskan seluruh permohonan di badan email, atau melampirkan file surat formal dalam format PDF/Word dan menulis ringkasan di badan email. Ikuti saja kebiasaan atau aturan yang berlaku di kantormu. Yang penting, pesanmu tersampaikan dengan jelas, lengkap, dan profesional.

Memahami cara membuat surat pengajuan cuti kerja yang benar itu investasi buat kariermu lho. Ini menunjukkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan profesionalisme. Dengan surat yang baik, kamu nggak perlu khawatir pengajuan cutimu ditolak cuma karena formalitas.

Nah, itu dia panduan lengkap beserta contoh-contoh surat pengajuan cuti kerja. Semoga artikel ini bermanfaat buat kamu yang mau mengajukan cuti di kantor!

Punya pengalaman menarik atau tips lain soal pengajuan cuti? Jangan ragu berbagi di kolom komentar di bawah ya!

Posting Komentar